Atas nama saya pribadi ingin mencari jawaban dari berbagai pertanyaan
yang ada di benak saya. Dan sering
kali saya perbincangkan dengan teman
sekerja mengenai seputar Agama Islam. Karena kurangnya pengetahuan kami
makanya yang kami perbincangkan itu masih dalam keragu-raguan.
pertanyaan yang ingin saya tanyakan yaitu :
1. Apakah Islam itu? (mohon penjelasannya lebih rinci agar apa yang
menjadi pertannyaan di benak saya terjawab dengan jelas, tanpa ada
keragu-raguan)
2. Apa arti takabur itu? ( mohon penjelasannya beserta contohnya )
3. Menurut kanjeng Nabi s.a.w, makan itu tidak boleh terlalu kenyang,
tapi jika porsi yang dibeli di warung itu melebihi ukuran kenyang yang
pasti tersisa. Namun membuang makanan itu termasuk mubazir, tolong beri
saya gambaran pola makan menurut Nabi s.a.w? Semoga saja jawaban yang
saya dapat dari situs sidogiri ini akan lebih bermanfaat dan bisa saya
amalkan dikehidupan nyata tanpa keragu-raguan lagi. Terima kasih.
Jawaban :
Apakah Islam itu?
Pertanyaan anda terlalu global, sehingga kami bingung dari mana harus
memulai jawaban. Jika kita mau mengkaji secara utuh, Islam itu luas
sekali. Akan tetapi saya akan mencoba menjawab dari awal. Semoga apa
yang kami sampaikan ini dapat sedikit mengobati kegelisahan hati anda.
Berbicara tentang Islam tidak lepas dari pembahasan iman. Islam dan iman
tidak dapat dipisahkan. Seseorang dikategorikan islam apabila sudah
mengucapkan dua kalimat syahadat. Kategori Islam ini, secara hukum fiqh
memiliki konsekwensi berhak mendapatkan perlakuan sebagaimana layaknya
seorang muslim. Perlakuan itu semisal: bila mati harus dirawat layaknya
orang muslim; tidak boleh diganggu harta maupun kehormatannya. Nabi
pernah menyampaikan di dalam salah satu hadits: “saya diperintah
membunuh semua orang, kecuali yang sudah membaca dua kalimat syahadat”.
Orang yang beriman kepada Allah namun tidak mau mengucapkan dua kalimat
syahadat, belum bisa disebut muslim. Jadi, Islam adalah sebuah pengakuan
(pernyataan) yang diberikan secara lahir oleh mulut, sedangkan iman
adalah pengakuan yang diberikan batin oleh hati tentang Allah, para
Nabi, para Malaikat, Kitab Suci, Hari Akhir serta Qadla’ Qadar (Takdir).
Orang yang sudah memberikan pernyataan lahir dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat namun hatinya tidak meyakini pada rukun iman yang enam
disebut munafiq (hipokrit). Sedang orang yang hatinya meyakini Allah dan
semua rukun iman, namun tidak mau memberikan pernyataan lisan disebut
sombong.
Selain lewat lisan dan hati, Islam juga harus diejawantahkan dalam
bentuk amal ibadah: salat, zakat, puasa dan haji. Amal-amal seperti ini
adalah bentuk-bentuk ibadah (penyembahan) kepada Allah seperti yang
telah diperintahkan dalam al-QurĂ¢n dan Hadits.
Agama Islam tidak hanya mengatur cara beribadah seperti di atas. Islam
juga mengatur akhlaq, etika berhubungan dengan sesama manusia, cara
berbisnis, perkawinan, hukum pidana dan perdata dan lain sebagainya.
Kalau akhir-akhir ini, di media sering muncul paham bahwa Islam hanya
mengatur cara beribadah saja, itu mungkin disebabkan karena mereka
memandang Islam hanya dari satu sisi saja atau Islamnya perlu
dipertanyakan.
Apa Arti Takabbur itu?
Kibr (kata dasar dari
takabbur) adalah keadaan yang ada di dalam hati yang lahir dari
keyakinan bahwa dirinya lebih dibanding orang lain. Takabbur
adalah menganggap dirinya mempunyai pangkat melebihi orang lain. Tidak
dikategorikan takabbur, orang yang merasa dirinya agung, namun
menganggap orang lain lebih agung atau sama dengannya atau orang yang
meremehkan orang lain dan menganggap dirinya lebih hina. Jadi, takabbur
itu adalah bahasa hati yang berupa keyakinan bahwa dirinya di atas yang
lain. Sedangkan perilaku lahiriah merupakan cermin dari apa yang ada di
dalam hati. Sebab, takabbur bisa terjadi pada anggota lahir dan batin.
Seseorang akan menganggap dirinya lebih agung dari yang lain, manakala
ia berkeyakinan bahwa didalam dirinya ada satu sifat kesempurnaan yang
tidak dimiliki orang lain. Secara umum, kesempurnaan itu dapat
dikelompokkan menjadi dua: kesempurnaan agama dan dunia. Takabur duniawi
semisal takabbur sebab garis keturunan, harta kekayaan, ketampanan,
kekuatan dan memiliki pengaruh besar. Takabur yang bersifat agama
semisal takabbur sebab mempunyai ilmu dan beramal baik. Kepandaian
memiliki potensi sangat besar untuk melahirkan sifat takabbur.
Dari berbagai macam takabbur, takabur yang paling jelek adalah takabbur
tidak mau menerima pengetahuan dan kebenaran dari orang lain.
Setiap orang berpotensi mempunyai sifat takabur, berdasarkan kelebihan
di dalam dirinya. Jarang sekali orang dapat terhindar dari penyakit hati
yang satu ini, baik ahli ibadah, ulama, orang zuhud (asketik), apalagi
kalangan awam.
Banyak sekali ayat atau hadits yang mengecam dan memberi ancaman
terhadap orang yang takabbur. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat takabbur sekecil apapun”.
Allah berfirman: Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur. Hal ini, disebabkan sifat takabur merupakan salah satu sifat yang hanya pantas dimiliki oleh Sang Maha Pencipta.
Membuang Sisa Makanan, Mubazirkah?
Jika anda bertanya bagaimana Rasulullah makan, di dalam kitab Sunan Abi
Dawud diterangkan ada beberapa sahabat berkata kepada Nabi: “Kami
sebelum makan berwudlu.” Nabi menjawab: “Berwudlu sebelum makan akan
menjadikan barokah pada makanan tersebut.”
Di dalam kitab Ihya, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa berwudlu sebelum
makan dapat menghilangkan kemiskinan. Di dalam hadits yang lain
diterangkan; tiap kali akan makan, Nabi selalu mengajak teman untuk
makan bersama di dalam satu wadah. Nabi selalu meninggalkan makanan
(berdiri) sebelum beliau merasakan kenyang (Maksudnya: kalau makan tidak
sampai kenyang).
Menurut al-Ghazali, kenyang meyebabkan bangkitnya nafsu syahwat, mudah
diserang penyakit, menghalangi atau mengakibatkan tidak dapat melakukan
ibadah dengan baik. Mestinya makan disertai niat agar kuat melakukan
ibadah kepada Sang Pencipta. Jika memang tidak bisa mengurangi makanan
dari ukuran yang wajar, maka sebaiknya isi perut dibagi menjadi tiga:
sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi
untuk bernafas.
Nabi selalu berdiri meninggalkan makanan sebelum merasakan kenyang. Hal
ini memiliki kemungkinan: porsi makanannya sedikit, atau porsinya banyak
namun tidak dihabiskan. Jika makanan beliau misalnya tidak habis,
berarti ada sisa. Mengenai sisa makanan beliau ini ada dua kemungkinan:
terbuang atau dimakan oleh para sahabat.
Sekarang, kita kembali pada pertanyaan Anda: jika ada sisa makanan dan
terbuang apakah tidak termasuk tabdzir atau membuang-buang harta.
Didalam kitab Hasyiyat as-Syarqawi diterangkan meyia-nyiakan harta
hukumnya haram apabila memang sengaja dibuang. Tapi, apabila hanya
membiarkan (tidak membuang) kemudian harta itu rusak (tidak dapat
dimanfaatkan), maka hukum tidak haram. Demikian pula dalam kasus yang
anda tanyakan, jika sisa makanan itu sengaja dibuang, maka haram, dan
jika ditinggalkan begitu saja, anda tidak terkena hukum haram.
SUMBER : http://www.cangcut.net/2011/07/membuang-sisa-makanan-mubazirka.html